Home » , » Sejarah Indonesia Hal 6 Dan 24 Kelas X Semester 1

Sejarah Indonesia Hal 6 Dan 24 Kelas X Semester 1

Written By Bambang Purnomo on Rabu, 26 Oktober 2016 | 04.39

untitled

Uji Kompentensi Halaman 6

  1. Mengapa istilah praaksara lebih tepat dibandingkan dengan istilah prasejarah untuk menggambarkan kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.

  2. Bagaimana secara metodologis kita dapat mengetahui kehidupan manusi sebelum mengenal tulisan.

  3. Mesir mengakhiri zaman praaksara sekitar tahun 3000 S.M, tetapi di Indonesia baru abad ke-4 sampai ke-5 M. Mengapa demikian?

  4. Apa saja pelajaran yang dapat kita peroleh dari belajar kehidupan pada zaman praaksara?


*** Kunci Jawaban ***




  1. Pra: sebelum
    aksara: tulisan, bentuk grafis yang dipakai manusia berkomunikasi
    sejarah: peristiwa yang terjadi di masa laluDitulis atau tidak, sejarah adalah semua peristiwa yang terjadi di masa lampau. Jika demikian, prasejarah berarti sebelum ada semua peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu yang merupakan spektrum yang tidak terhingga, bisa saja sebelum ada manusia, atau sebelum bumi diciptakan, atau bahkan sebelum ada alam semesta.Jika kita merujuk secara spesifik pada kehidupan manusia sebelum mereka mampu mendokumentasikan kejadian dalam bentuk grafis, maka istilah pra-aksara mungkin lebih tepat.

  2. Kehidupan manusia pada masa pra aksara walau belum mengenal tulisan, bukti-bukti kehidupan mereka bisa diketauhi dari peradaban, mereka sudah ada sejarah dan menghasilkan budaya seperti membuat kapak, membuat lukisan di dinding gua.

  3. Hal ini berkaitan dengan perkembangan peradaban tersebut. Peradaban Mesir adalah salah satu yang tertua di dunia, sudah mulai terbentuk dari sekitar 5000 tahun sebelum masehi.Secara logis tentu saja semakin tua peradaban maka semakin maju pula peradaban tersebut. Bangsa mesir sudah mengenal hieroglyph sekitar tahun 3000 SM sedangkan Indonesia baru sekitar abad ke 5 M

  4. Pelajaran yang bisa kita peroleh, bahwa hidup adaah perubahan, dari yang buruk menjadi baik dari yg tidak tau menjadi tau, dari negatif menjadi positif. kita jga bisa belajar mandiri dari zaman pra aksara, contohnya, tanpa alat2 modern sperti skrng , orng2 dulu masih tetap hidup karena terus berpikir dan berusaha untuk membuat kehidupan terus maju


Uji Kompetensi Halaman 24

  1. Mengapa para ahli melakukan penelitian manusia purba banyak di bantaran sungai?

  2. Jelaskan ciri dan mengapa hasil penelitian Dubois di Trinil disebut sebagai jenis Pithecanthropus erectus (kera yang berjalan tegak)?

  3. Menurut pendapat kamu, bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah Kepulauan Indonesia bahkan sampai keluar wilayah Kepulauan Indonesia?

  4. Buatlah karya ilmiah dengan tajuk, sangiran laboratorium manusia purba ?

  5. Inventarisir berbagai situs dan tinggalan manusia purba di daerahmu masing2?


*** Kunci jawaban ***




  1. Mengapa banyak fosil manusia purba yang ditemukan di bantaran sungai?
    karena waktu zaman prasejarah dahulu, manusia purba banyak hidup bergantung dengan alam, hidup tidak menetap, dimana ada makanan disanalah dia berada (food gathering), karena sungai menyimpan banyak cadangan makanan, seperti ikan, dll, di bantaran sungai juga termasuk tanah-tanah yang subur, berbagai tumbuhan hidup disana, air untuk minumpun mudah didapatkan. maka dari itu banyak manusia zaman purba yang hidup - mati di bantaran sungai.

  2. Eugene Dubois meneliti manusia jenis Pithecanthropus pada tahun 1890 di Trinil, pinggiran Bengawan Solo. Di wilayah Ngawi. Setelah direkontruksi terbentuk kerangka manusia namun masih terlihat tanda2 kera. Oleh karna itu, dinamakan Pipithecanthropus erectus yang artinya kera berjalan tegak.
    ciri2 pithecanthropus erectus :
    1. Hudung dan mulut menonjol
    2. Muka lebar
    3. Tulang rahang kuat
    4. Gigi kuat dan besar
    5. Jalan tegak
    6. Kening menonjol

  3. manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah kepulauan indonesia untuk mencari buruan dan mencari makanan. selain itu juga di dorong oleh keinginan utk mencari makanan, perpindahan itu juga dimaksud kan utk menghindari fenomena alam yg belum stabil pada saat itu

  4. Sagiran
    Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

    Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

  5. 1. Kapak Perimbas Untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian Pacitan,Jawa Timur  2. Artefak dari tulang Digunakan sebagai alat penusuk atau belati saat berburu di  Ngandong dan Sidorejo 3. Batu Pipihan Sebagat alat pipihan saat menumbuk atau menghaluskan di Sumatera Timur 4. Kapak Persegi Sebagai alat pertanian saat memacul atauoun mencangkul di Sumatera, Jawa, dan Bali 5. Batu Asahan Digunakan sebagai alat pengasah batu untuk membentuk atau memperhalus batu di Bogor 6. Kapak Lonjong Digunakan sebagai perkakas dan senjata di Papua, Seram, Minahasa Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leh, Tanimbar 7. Dolmen Sebagai meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang di Telaga mukmin, Sumberjaya, Lampung Barat 8. Menhir digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan 9. Peti  Batu Digunakan peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar di Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur) 10. Kapak Genggam Untuk menusuk hewan dan menggali saat bertani di Sumatera Timur .Semoga membantu :)


Source : Google.co.id

 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2018. notryingjustdoing - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger